Ayam bangkok pertama kali dikenal di Cina pada 1400 SM. Ayam jenis ini
selalu dikaitkan dengan kegiatan sabung ayam (adu ayam). Lama-kelamaan
kegiatan sabung ayam makin meluas pada pencarian bibit-bibit petarung
yang andal. Pada masa itu, bangsa Cina berhasil mengawinsilangkan ayam
kampung mereka dengan beragam jenis ayam jago dari India, Vietnam,
Myanmar, Thailand dan Laos. Para pencari bibit itu berusaha mendapat
ayam yang sanggup meng-KO lawan cuma dengan satu kali tendangan.
Menurut catatan, sekitar seabad lalu, orang-orang Thailand berhasil
menemukan jagoan baru yang disebut king’s chicken. Ayam ini punya
gerakan cepat, pukulan yang mematikan dan saat bertarung otaknya jalan.
Para penyabung ayam dari Cina menyebut ayam ini: leung hang qhao. Kalau
di negeri sendiri, ia dikenal sebagai ayam bangkok.
Asal tahu saja, jagoan baru itu sukses menumbangkan hampir semua ayam
domestik di Cina. Inilah yang mendorong orang-orang di Cina menjelajahi
hutan hanya untuk mencari ayam asli yang akan disilangkan dengan ayam
bangkok tadi. Harapannya, ayam silangan ini sanggup menumbangkan
keperkasaan jago dari Thailand itu.
Konon, pada era enam puluhan di Laos nongol sebuah strain baru ayam
aduan yang sanggup menyaingi kedigdayaan ayam bangkok. Namun setelah
terjadi kawin silang yang terus-menerus maka nyaris tak diketahui lagi
perbedaan antara ayam aduan dari Laos dengan ayam bangkok dari Thailand.
Di Thailand dan Laos, ada beberapa nama penyabung patut dicatat, seperti
Vaj Kub, Xiong Cha Is dan kolonel Ly Xab. Pada 1975, ayam bangkok milik
Vaj Kub sempat merajai Nampang, arena adu ayam yang cukup bergengsi di
negeri PM Thaksin Sinawatra itu. Ayam yang bernama Bay itu merupakan
salah satu hasil tangan dingin Vaj Kub dalam melatih dan mencari bibit
ayam aduan yang handal.
Kedigdayaan ayam-ayam hasil ternakan Vaj Kub berhasil disaingi rekan
sejawatnya dari kota Socra, Malaysia. Mereka dari negeri jiran itu mampu
menelurkan parent stock atau indukan unggul. Hanya saja, pada generasi
berikutn ya, Mr. Thao Chai dari Thailand berhasil menumbangkan dominasi
peternak dari Malaysia. Mr. Thao memberi nama jagoan baru itu, Diamond
atau Van Phet.
Menurut Iwan, Thailand memang tak perlu diragukan lagi sebagai negara
penghasil ayam bangkok unggul. Malahan sektor ini sudah diakui sebagai
penambah devisa negeri gajah putih tersebut. Dari Thailand bisnis ayam
aduan ini tak hanya merambah kawasan Asia Tenggara saja, namun meluas ke
Meksiko, Inggris dan Amerika Serikat.
Ada kebiasaan yang berbeda antara sabung ayam di Thailand dan negara
kita. Di Thailand, ayam yang bertarung tak diperbolehkan memakai taji
atau jalu. Alhasil, ayam yang diadu itu jarang ada yang sampai mati.
Kebalikannya di Indonesia, ayam aduan itu justru dibekali taji yang
tajam. Taji justru menjadi senjata pembunuh lawan di arena.
Di Indonesia, hobi mengadu ayam sudah lama dikenal, kira-kira sejak dari
zaman Kerajaan Majapahit. Kita juga mengenal beberapa cerita rakyat
yang melegenda soal adu ayam ini, seperti cerita Ciung Wanara, Kamandaka
dan Cindelaras. Cerita rakyat itu berkaitan erat dengan kisah sejarah
dan petuah yang disampaikan secara turun-temurun.
Kota Tuban, Jawa Timur diyakini sebagai kota yang berperan dalam
perkembangan ayam aduan. Di sini, ayam bangkok pertama kali
diperkenalkan di negara kita. Tak ada keterangan yang bisa menyebutkan
perihal siapa yang pertama kali mengintroduksi ayam bangkok dari
Thailand.
Sebetulnya, jenis ayam aduan dari dalam negeri (lokal) tak kalah
beragam, seperti ayam wareng (Madura) dan ayam kinantan (Sumatra). Namun
ayam-ayam itu belum mampu untuk menyaingi kedigdayaan ayam bangkok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar