é�

Kamis, 19 Juli 2012

Gaya Bertarung Ayam bangkok

Ayam petarung, terutama ayam bangkok memiliki ragam teknik bertarung yang bervariasi. Seorang pelatih tidak bisa mengubah teknik bertarung ayamnya. Yang bisa dilakukan adalah meningkatkan daya tahan tubuh, memperpanjang nafas dan mengeraskan pukulan.
Beberapa ragam teknik bertarung antara lain:

KONTROL
Teknik ini adalah teknik bertarung yang paling polos. Ayam cenderung tidak berusaha mencari peluang alternatif untuk memukul lawan, tetapi hanya berusaha agar posisi kepala tegak dan ada di atas kepala lawan, mematuk lalu melepaskan pukulan. Keunggulan teknik ini adalah lebih hemat dalam energi sehingga nafas bisa bertahan lebih lama.

SOLAH
Teknik ini adalah yang paling liar dan paling memakan energi. Ayam bertipe solah akan terus bergerak dengan amat bervariasi. Dia seolah hendak melakukan satu teknik ngalung, tapi tidak bersungguh dan lama, segera mengubah gerakan dari kiri ke kanan dan sebaliknya lalu segera disusul dengan gerakan atau percobaan pukulan lain. Ayam solah biasanya amat memukau, tetapi teknik ini amat menguras energi dan umumnya ayam solah kurang memiliki ketahanan badan.

PRANGGAL (merangggal)
Teknik ini adalah memukul tanpa mematuk lawan. Teknik pranggal memiliki kelebihan dibanding dengan teknik lain karena pukulan bisa dilepaskan dengan seketika tanpa perlu sebuah ‘pegangan’ seperti teknik lain. Dalam teknik lainnya, ayam harus mematuk, menggigit lalu memukul dengan kedua kaki.

MULAR
Ini adalah teknik tarung dengan lari dan jaga jarak. Ayam berteknik mular akan menjauh dari lawannya ketika terdesak atau sulit memukul. Ketika lawannya mengejar di belakang, secara tiba-tiba ia bisa berbalik dan melepaskan pukulan ketika lawannya belum siap. Ayam mular umumnya memiliki pergerakan kaki yang baik serta nafas yang tahan lama.

NGALUNG
Teknik ini adalah merengkuh leher lawan dan menguncinya, seolah ‘mengalungi’. Dengan teknik ini maka lawan akan kesulitan memukul, mati langkah dan selanjutnya bisa dipukul tanpa mampu menghindar. Ayam ngalung umumnya memiliki urat leher yang bagus serta struktur tulang leher yang rapat. Tanpa memukulpun ayam ngalung bisa membuat lawan frustasi.

NGGANDUL
Teknik ini mirip dengan ngalung tetapi gerakan leher lebih menumpang dibanding merengkuh sehingga lawan juga akan menanggung beban karena ‘ditumpangi’.

NYAYAP
Teknik ini adalah kepala masuk ke sayap lawan, keluar dari ketiak dan setelah posisi memungkinkan akan melepaskan pukulan ke arah kepala. Efek teknik nyayap, selain pukulan ke kepala, juga akan menyakiti bahu dan sayap lawan karena dipaksa untuk renggang dari badan.

DONGKRAK
Teknik ini dilakukan dengan masuk di antara kaki lawan, ambil nafas dan mencari posisi, lalu dengan sekuat tenaga berusaha muncul dari arah ekor lawan sehingga badan lawan akan terangkat (didongkrak). Ketika lawan sedang berusaha menguasai keseimbangan, maka lawan dapat dipukul pada berbagai sasaran dari arah belakang.

DOBRAK
Teknik ini agak langka, ayam biasanya akan masuk di antara dua kaki lawan lalu mematuk paha dan memukul badan bagian bawah. Serangan ini sulit diantisipasi dan biasanya lawan akan kesakitan dan sulit membalas karena posisi musuh selalu di bawah.

Pada beberapa daerah nama-nama teknik ini bisa berbeda-beda. Secara umum, seekor ayam petarung akan memiliki salah satu teknik dominan sejak lahir. Satu atau dua teknik yang lain mungkin untuk dimiliki sebagai kelebihan tapi sangat mustahil bagi seekor ayam untuk memiliki semua teknik bertarung.





Rabu, 18 Juli 2012

Taati Aturan Pakai Obat

Taati Aturan Pakai Obat Yang Optimal


Kunci sukses pemeliharaan ayam ditunjukkan dari tingkat produktivitas yang optimal, yaitu pertumbuhan ayam yang cepat, produksi telur yang tinggi dan kematian ayam yang rendah. Tentu ini menjadi harapan kita semua. Namun, dalam mencapai hal tersebut seringkali kita dihadapkan dengan suatu tantangan, baik berat atau ringan. Salah satunya ialah adanya serangan suatu penyakit, baik viral, bakterial, protozoa, jamur dan lainnya.
Kita pun akan segera melakukan penanganan untuk membantu ayam mengatasi serangan tersebut, baik melalui vaksinasi, desinfeksi maupun medikasi. Setelah semua daya dilakukan, keberhasilanlah yang kita harapkan, namun kadang, kegagalanlah yang kita tuai.
Evaluasi terhadap kegagalan itu hendaklah kita lakukan agar diperiode selanjutnya tidak terulang kembali. Berikut seputar hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kerja obat.

Mengenal Petunjuk Pemakaian Obat
Setiap produk farmasetik atau obat selalu dilengkapi dengan petunjuk pemakaian obat, baik berupa etiket atau leaflet. Tujuannya tidak lain agar daya kerja obat dapat optimal dalam mengatasi infeksi penyakit. Informasi yang tercantum dalam etiket atau leaflet biasanya meliputi komposisi, indikasi, aturan pakai, perhatian, dan nomor registrasi.

Salah satu contoh petunjuk pemakaian obat yang tertera pada kemasan produk


  • Komposisi
Data komposisi yang dicantumkan meliputi jenis zat aktif yang terkandung dalam produk dan juga kadarnya. Dari sisi konsumen, informasi ini bermanfaat sebagai bahan pertimbangan pembelian produk misalnya untuk membandingkan dengan produk sejenis. Selain itu, membantu kita dalam melakukan rolling obat, dimana penggantian obat dengan jenis zat aktif yang sama atau satu golongan tidak diperkenankan.
Adanya informasi jenis zat aktif dan komposisi ini juga berfungsi sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan nomor registrasi. Inipun berperan sebagai kontrol bagi pemerintah dalam mengawasi kualitas obat hewan. Biasanya secara periodik, instansi pemerintah, dalam hal ini Balai Besar Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) melakukan inspeksi terhadap obat hewan yang telah teregistrasi (memiliki nomor registrasi).

  • Indikasi
Indikasi memberikan rekomendasi kepada kita (peternak, red) sebaiknya obat ini digunakan untuk mengatasi jenis penyakit tertentu. Contohnya pada etiket Amoxitin tersebut yang diindikasikan untuk mengatasi korisa, colibacillosis dan salmonellosis (avian paratyphoid, fowl typhoid, pullorum).
Hal ini tentu akan mempermudah kita dalam pemilihan obat yang sesuai. Meskipun demikian, seringkali etiket atau leaflet tidak mencantumkan semua jenis penyakit yang bisa ditangani oleh obat ini. Biasanya suatu zat aktif yang terkandung dalam suatu obat seringkali memiliki spektrum kerja yang luas, yaitu mampu mengatasi bakteri Gram (+) maupun Gram (-). Mengenai informasi lebih detailnya bisa ditanyakan kepada tenaga lapangan.
Adanya petunjuk tersebut menjadi sangat penting, karena merupakan salah satu syarat utama yang menentukan keberhasilan pengobatan. Jika kita salah memilih obat, tentu saja penyakit yang menyerang ayam tidak akan sembuh. Ambil contoh pada ayam yang sedang terinfeksi CRD (ngorok) lalu diberi Ampicol untuk mengatasinya. Meski diberikan secara benar dan tepat, namun ayam tidak akan sembuh. Hal ini disebabkan Ampicol tidak diindikasikan untuk CRD, tetapi untuk colibacillosis, kolera dan infeksi sekunder bakteri pada kasus Gumboro. Menjadi pertanyaan lanjutan, mengapa Ampicol tidak mampu mengatasi CRD? Hal ini tidak lain karena zat aktif dalam Ampicol bekerja merusak membran sel bakteri, sedangkan Mycoplasma gallisepticum (penyebab CRD) tidak memiliki membran sel. Obat yang efektif untuk mengatasi CRD antara lain Proxan-C, Proxan-S, Therapy, Trimezyn ataupun Tyfural.


Struktur Mycoplasma gallisepticum yang tidak memiliki membran mengharuskan kita memilih obat yang tepat
  • Aturan pakai
Pada bagian aturan pakai, biasanya dicantumkan informasi tentang dosis obat dan lama pemberian obat. Contoh redaksinya ialah 0,1 gram tiap kg berat badan atau 1 gram tiap 2 liter air minum, diberikan selama 3-5 hari berturut-turut. Redaksi ini bermakna untuk mendapatkan efek pengobatan yang optimal, yaitu ayam sembuh dari penyakit, hendaknya obat diberikan dengan dosis 0,1 gram tiap kg berat badan atau 1 gram obat dilarutkan dalam 2 liter air minum yang diberikan selama 3 sampai 5 hari.
Kenapa dosis pada etiket leaflet tersebut ada 2 pilihan, yaitu berdasarkan berat badan dan konsumsi air minum? Tidak perlu dibingungkan mengenai dosis ini karena pada prinsipnya keduanya sama. Awalnya penentuan dosis ini didasarkan pada dosis tiap berat badan dengan tujuan agar dosisnya lebih tepat. Sedangkan dosis berdasarkan air minum bertujuan untuk mempermudah dalam pengaplikasiannya. Dosis berdasar air minum ini merupakan hasil konversi dari dosis berat badan dengan ketentuan seekor ayam dengan berat badan sebesar 1 kg mengkonsumsi air minum sebanyak 200 ml dan ransum 100 gram. Jika contoh dosis pada aturan pakai tersebut dijabarkan menjadi :
Dosis air minum
= 1 gram tiap 2 liter air minum
Jika diubah menjadi dosis berat badan
= 1 gram tiap 2.000 ml air minum
= 1 gram tiap (2.000 : 200) ml air minum (ingat! 1 kg berat badan ayam mengkonsumsi 200 ml air minum)
= 1 gram tiap 10 kg berat badan
= 0,1 gram tiap kg berat badan

Sebuah trial yang telah dilakukan oleh bagian research and development (R&D) Medion menunjukkan pemberian obat berdasarkan dosis berat badan maupun air minum memberikan efek pengobatan yang optimal. Pemberian obatnya dilakukan 2 kali sehari, yaitu pukul 06:00 - 12:00 WIB dilanjutkan 12:00 - 18:00 WIB dan setelahnya diberi air minum biasa (tanpa obat). Hasilnya ditunjukkan pada Grafik 1 dimana pada hari ke-5 pengobatan ayam sembuh dari sakit.

Hal yang perlu diingat jika kita menggunakan dosis berdasarkan air minum ialah jumlah air minum yang digunakan untuk menghitung kebutuhan obat merupakan konsumsi air minum ayam selama 24 jam, bukan konsumsi air minum saat pemberian obat (pukul 06:00 - 18:00). Hal ini terkait dengan angka konversi dosis dari dosis berat badan ke air minum ialah 1 kg berat badan ayam mengkonsumsi 200 ml air minum. Air minum sebanyak 200 ml ini merupakan kebutuhan ayam dalam satu hari penuh.
Saat ayam sakit, konsumsi air minum cenderung berkurang sehingga kita harus lebih berhati-hati saat menghitung kebutuhan obat. Dan jika peternakan kita berada di daerah yang dingin dimana tingkat konsumsi air minumnya lebih rendah, tentu akan berpengaruh terhadap jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh ayam. Oleh karenanya dosis obat perlu dihitung lebih seksama.
Begitu pentingkah ketepatan dosis pemberian obat ini? Tentu, sangat penting. Obat akan menghasilkan efek pengobatan yang optimal saat konsentrasi atau kadarnya di dalam tubuh ayam mencapai kadar minimum atau Minimum Inhibitory Concentration (MIC). Sebelum obat mencapai kadar MIC, obat tidak akan bekerja menghasilkan efek pengobatan.
Oleh karena itu pemberian obat yang tidak tepat dosis akan mengakibatkan daya kerja obat membasmi bibit penyakit yang telah menginfeksi ke dalam tubuh ayam menjadi kurang optimal atau malah tidak mempan sama sekali. Tentu hal ini menjadikan pemberian obat yang kita lakukan ialah sebuah kesia-siaan. Dosis yang kurang ini juga bisa memicu terjadinya resistensi obat, dimana bibit penyakit telah mempunyai mekanisme pertahanan untuk melawan obat sehingga perlu diganti dengan obat golongan lainnya.
Penentuan dosis obat ini didasarkan pada hasil uji farmakokinetik, yaitu suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui “nasib” obat saat berada di dalam tubuh ayam. Dengan dosis yang tepat dan didukung dengan rute pemberian yang sesuai obat dapat mencapai organ target dalam jumlah yang cukup melalui rute pengobatan tertentu.
Informasi kedua yang bisa kita ketahui dari aturan pakai ialah rute pemberian obat. Secara umum obat dapat diberikan pada ayam melalui 3 rute, yaitu oral (melalui saluran pencernaan), parenteral (suntikan) atau topikal (dioles). Penjelasan detail mengenai perbedaan rute pemberian obat ini tercantum pada Tabel 1.

Pemilihan rute pengobatan menjadi hal yang penting untuk memastikan obat dapat mencapai organ atau lokasi kerja yang diinginkan sehingga obat bisa berkerja secara tepat dan optimal. Pemilihan rute pemberian obat ini disesuaikan dengan jenis obat yang digunakan, jenis penyakit yang diobati, jumlah ayam, tingkat keparahan penyakit maupun lama waktu obat itu diberikan.
Data technical service (TS) Medion (2006) menunjukkan rute pemberian obat pada ayam paling banyak dilakukan melalui air minum, yaitu sebesar 95% dan selebihnya diberikan secara suntikan. Pengobatan secara topikal relatif jarang ditemukan.
Agar pemberian obat melalui air minum mampu memberikan efek pengobatan secara optimal, perlu sekiranya kita perhatikan beberapa hal berikut :
  1. Air sadah dan adanya kandungan logam berat seperti besi, dapat mengurangi efektivitas Proxan-C, Proxan-S, Neo Meditril, Doxyvet
  2. Sinar matahari langsung dapat mengurangi stabilitas obat di dalam larutan. Oleh karena itu larutan obat hendaknya dibuat segar dan diletakkan pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung
  3. Derajat keasaman (pH) netral, tidak terlalu ekstrem (pH < 6 atau pH > 8). Sulfamix akan mengendap bila dilarutkan ke dalam air dengan pH terlalu rendah (pH < 5) dan Doxyvet dapat mengendap jika pH air > 8
  4. Konsumsi air minum setiap ayam berbeda-beda sehingga jumlah obat yang masuk ke dalam tubuh setiap ayam tidak sama. Hal ini dapat diminimalisasi dengan penyediaan tempat air minum yang sesuai dengan jumlah ayam
    Atur jumlah dan distribusi tempat air minum sehingga ayam memiliki kesempatan yang sama dalam mengkonsumsi obat
  5. Pemberian obat melalui air minum hendaknya tidak dicampur dengan desinfektan. Pencampuran tersebut akan menurunkan bahkan merusak obat. Contohnya ialah Antisep, Neo Antisep atau klorin akan mengoksidasi obat sedangkan Medisep bisa mengendapkan Sulfamix

Lama waktu pemberian obat menjadi petunjuk ketiga yang tercantum pada aturan pakai. Sama halnya dengan dosis dan rute pemberian, lama waktu pemberian obat menjadi kunci pokok yang menentukan keberhasilan pengobatan, yaitu obat berada dalam waktu yang cukup.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa kadar obat di dalam tubuh akan berkurang dalam jangka waktu tertentu. Kecepatan eliminasi obat dari dalam tubuh ini ditunjukkan melalui waktu paruh. Waktu paruh yang diberi simbol T1/2 merupakan waktu yang diperlukan tubuh untuk mengeliminasi obat sebanyak 50% dari kadar semula. Obat dengan T1/2 pendek akan berada di dalam tubuh lebih singkat dibanding dengan yang mempunyai T1/2 panjang.
Pada aplikasinya, obat dengan T1/2 pendek perlu diberikan dengan interval waktu lebih pendek, misalnya diberikan 2-3 kali sehari untuk mempertahankan kadar efektif di dalam darah. Tetrasiklin dan penisilin merupakan antibiotik yang memiliki T1/2 pendek, sedangkan sulfadimethoxine dan sulfamonomethoxine memiliki T1/2 yang panjang.
Oleh karena itu, pemberian antibiotik melalui air minum sebaiknya tidak dilakukan dalam 1 x pemberian dalam waktu yang terlalu singkat (misalnya selama 2 jam), terlebih lagi untuk obat yang mempunyai T1/2 pendek. Alasannya kadar obat tersebut di dalam darah akan cepat turun setelah pemberian selama 2 jam dan gagal mencapai konsentrasi minimal (MIC) sehingga obat tidak bekerja optimal. Idealnya obat diberikan 24 jam atau minimal 8-12 jam dengan maksimal obat dikonsumsi habis selama 4-6 jam setelah obat dilarutkan. Contoh pola pemberian obat yang ideal yaitu 2 kali sehari, pelarutan obat ke-1 untuk dikonsumsi pagi-siang hari (misalnya pukul 06:00 - 12:00) dan pelarutan obat ke-2 untuk dikonsumsi siang - malam hari (misalnya 12:00 - 18:00) sedangkan pada malam - pagi diberi air minum biasa.
Selain pola pemberian tersebut, lama pengobatan hendaknya dilakukan sesuai dengan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau leaflet. Jika pada aturan pakainya tertera diberikan selama 5 hari berturut-turut maka obat hendaknya diberikan dalam rentang waktu tersebut. Mengapa? Tujuannya tidak lain agar bibit penyakit yang terdapat dalam tubuh ayam dapat terbasmi dengan tuntas. Lho khan gejala klinisnya sudah tidak nampak lagi? Tetap harus dilanjutkan, gejala klinis yang mulai hilang bukan berarti bibit penyakitnya sudah hilang melainkan mungkin saja masih ada bibit penyakit dengan level aman (tidak mampu menimbulkan gejala klinis) yang jika pengobatan dihentikan bisa berkembang kembali dan menimbulkan gejala klinis. Kondisi inipun bisa memicu terjadinya resistensi bibit penyakit sehingga obat yang biasa kita berikan tidak ampuh lagi atau ayam sulit disembuhkan.

  • Perhatian
Pada bagian ini tercantum informasi mengenai waktu penghentian pemakaian obat sebelum ayam dipotong untuk dikonsumsi. Hal ini penting karena terkait dengan keamanan hasil ternak, baik daging maupun telur yang akan kita konsumsi. Jika pada bagian ini tertulis “Hentikan pemakaian obat 5 hari sebelum unggas dipotong untuk dikonsumsi” maka seharusnya pemberian obat kita hentikan 5 hari sebelum ayam pedaging dipanen. Dengan demikian diharapkan karkas ayam pedaging bebas dari residu antibiotik. Namun pada kenyataannya, kesadaran kita terhadap waktu henti obat masih relatif rendah. Oleh karenanya perlu sekiranya kita mulai untuk memperhatikan hal ini, terlebih lagi golongan obat yang digunakan pada ayam sebagian besar sama dengan obat yang digunakan manusia.




Pengaplikasian waktu henti obat akan meningkatkan keamanan karkas untuk kita konsumsi
Rekomendasi penyimpanan obat juga tercantum pada bagian ini. Obat hendaknya disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat serta terhindar dari sinar matahari langsung. Hal ini perlu menjadi perhatian kita, karena jika tidak obat yang kita simpan akan rusak atau menurun potensinya. Kerusakan obat ini bisa ditandai dengan perubahan warna atau adanya gumpalan.
Dalam penyimpanan obat hendaknya kita terapkan sistem first in first out (FIFO), yaitu obat dengan masa expired date terdekat yang lebih dahulu kita gunakan. Disinilah pentingnya kita selalu mengontrol expired date pada saat obat kita terima. Jangan sampai kita memakai obat yang telah melewati masa expired date karena kemungkinan potensinya sudah menurun.

  • Nomor registrasi
Nomor registrasi ini menandakan obat telah memenuhi standar dari pemerintah, atau dengan kata lain obat ini telah teruji dan terbukti kualitasnya. Setiap tahapan produksi dilakukan dengan sistem yang terkontrol dan terstandarisasi, mulai dari penyediaan bahan baku sampai produk jadi (termasuk cara pengiriman kepada konsumen). Kontrol kualitas juga dilakukan secara ketat, dengan alat yang modern dan tenaga kerja yang profesional. Dengan demikian diharapkan obat yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai standar nasional (Farmakope Obat Hewan Indonesia) maupun internasional (standar Eropa maupun Amerika).

Optimalkan Daya Kerja Obat
Penjelasan tentang petunjuk pemberian obat secara jelas telah tercantum pada etiket atau leaflet produk. Aplikasi obat sesuai petunjuk ini akan memenuhi 4 prinsip pengobatan yaitu obat sesuai dengan jenis penyakit yang menyerang, obat mampu mencapai lokasi kerja atau organ sakit, obat tersedia dalam kadar yang cukup dan obat berada dalam waktu yang cukup sehingga efek pengobatan optimal.
Selain itu, dalam aplikasinya kita perlu memperhatikan hal-hal berikut :
  • Ketepatan diagnosa penyakit. Ini merupakan kunci awal keberhasilan pengobatan. Saat diagnosa tidak tepat, pemberian obat dengan kualitas terbaik dan harga yang mahal tidak akan mampu mengatasi penyakit.
  • Hindari kombinasi obat yang bersifat antagonis. Amannya, kita menggunakan produk jadi yang telah diformulasikan secara khusus dengan kandungan antibiotik tunggal maupun kombinasi sehingga potensinya telah terukur dan terbukti. Jangan sampai kombinasi obat ini malah menurunkan potensi atau bahkan menyebabkan keracunan pada ayam kita.
  • Lakukan rolling antibiotik secara rutin. Hendaknya obat yang diberikan tidak monoton atau secara terus menerus karena bisa menimbulkan resistensi. Sebaiknya dilakukan rolling obat, misalnya setiap 3-4 periode pemeliharaan atau periode pemberian.
  • Dukung dengan aplikasi tata laksana pemeliharaan yang baik dan biosecurity yang ketat. Pengobatan setepat apapun tidak akan memberikan efek yang optimal jika tidak didukung kedua hal ini. Aplikasi keduanya akan menurunkan tantangan bibit penyakit di lingkungan dan juga meningkatkan kenyamanan ayam
Kedisiplinan kita dalam mengaplikasikan pemberian obat sesuai aturan pakai sangat diperlukan agar efek pengobatan menjadi lebih optimal dan ayam sembuh dari penyakit.


Info Medion Edisi Agustus 2010 

Sabtu, 14 Juli 2012

Penyakit Ayam Bangkok

Penyakit Snot (Coryza)
Penyakit Snot atau coryza disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Penyakit Snot dapat menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam, biasanya penyakit ini muncul akibat adanya perubahan musim dan banyak ditemukan di daerah tropis. Perubahan musim biasanya akan mempengaruhi kesehatan ayam. Angka morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%. Mortalitas atau Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini mencapai 30%.
Cara penularan
Bakteri Haemophillus gallinarum hanya dapat bertahan diluar diinduk semang tidak lebih dari lebih dari 12 jam. Penularan penyakit Snot atau coryza dapat melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit juga dapat melalui udara, debu, pakan, air minum, petugas kandang dan peralatan yang digunakan.
Gejala klinis
Ayam yang secara klinis telah terinfeksi menunjukkan gejala sebagai berikut
- pengeluaran cairan air mata
- ayam terlihat mengantuk dengan sayapnya turun atau menggantung
- keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
- Pembengkakan didaerah sinus infra orbital
- terdapat kerak dihidung
- napsu makan
- ayam mengorok dan sukar bernapas
- pertumbuhan menjadi lambat.
Perubahan patologi
Pada kasus akut dijumpai konjungtivitis berat dan peradangan pada pinggir kelopak mata (periorbital fascia). Pada kasus kronis dijumpai sinusitis yang bersifat serosa sampai kaseosa.
Diagnosis
Bakteri Haemophillus gallinarum dapat diisolasi dari swab sinus ayam yang menderita penyakit akut. Isolasi laboratorium dapat dilakukan dengan menggunakan plat agar darah yang telah digores staphylococcus sp dan diinkubasi dalam suasa anaerob.
Diferential diagnosa
Diagnnosa banding dari penyakit coryza adalah Mikoplasmosis atau Chronic Respiratory Disease (CRD) dan Infectious Laryngotracheitis (ILT) .
Pengobatan
Pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole. Pemberian sulfonamida dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati coryza dan dapat diberikan melalui air minum atau disuntikkan secara intramuskular. Perhatikan withdrawal time pada ayam petelur karena obat tersebut dapat mengkontaminasi telur dan kualitas dari kerabang telur.
Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena sinar matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini.

Penyakit Ngorok atau Chronic Respiratory Disease (CRD)
Penyakit Ngorok biasa juga disebut dengan Chronic Respiratory Disease (CRD) atau mikoplasmosis atau Sinusitis atau Air Sac. Penyakit Chronic Respiratory Disease disebabkan oleh bakteri Mycoplasma galisepticum. Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penularan terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat makan dan minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Faktor predisposisi atau faktor pendukung
- Kondisi kandang yang lembab
- Kepadatan kandang yang terlalu tinggi
- Litter yang kering
- Kadar amonia yang tinggi.

Cara penularan
Penularan penyakit terjadi baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui telur dan horizontal disebarkan dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat. Penularan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat peralatan, tempat pakan, hewan liar maupun petugas kandang.
Gejala klinis
Ngorok basah, adanya leleran hidung lengket dan terdapat eksudat berbuih pada mata dan ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya. Pada kasus kronis mengakibatkan kekurusan dan keluarnya cairan bernanah dari hidung.


Pengobatan
Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10% peroral, mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara oral atau bacytracyn yang diberikan pada air minum.
Pencegahan
Membeli ayam baik indukan, pejantan, dan anakan yang benar-benar terbebas dari chronic respiratory disease (CRD). Menjaga kebersihan dan tingkat kelembaban kandang dan area ayam.

Penyakit Berak Kapur atau Pullorum

Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung liar. Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun
Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
- Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
- Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.

Gejala klinis
- napsu makan menurun
- feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
- Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
- kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering
- jengger berwarna keabuan
- mata menutup dan nafsu makan turun
- badan anak ayam menjadi lemas
- sayap menggantung dan kusam
- lumpuh karena artritis
- suka bergerombol



Perubahan patologi
Pada kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan kadang kadang sering diikuti omfalitis. Pada kasus kronis dijumpai abses pada organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa) yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.



Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).



Pengobatan
Pengobatan Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.



Pencegahan
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang dengan formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.

Jumat, 13 Juli 2012

Perawatan Ayam Bangkok











Dalam memelihara ayam bangkok memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dalam pemeliharaannya memerlukan perawatan baik, ayam tumbuh optimal dan berkualitas.
Perawatan sehari-hari yang perlu dijalankan adalah:
  1. Melatih dan merawat calon pejantan supaya mepunyai kondisi dan bentuk tubuh yang prima.
  2. Mempersiapkan ayam betina sebagai calon induk yang kelak dapat mengahsilkan keturunan yang bermutu.
  3. Memberi pakan, air minum dan kontrol kesehatan.
  4. Mencegah gangguan binatang liar seperti ular, tikus, musang , burung, serngga dan sebagainya. Binatang-binatang liar tersebut seringkali membawa kuman-kuman dan menyebarkan wabah penyakit pada ayam.
  5. Peternak secara rutin perlu mengawasi kesehatan ayam yang sedang dipeliharanya satu per satu. Bila ada ayam yang lesu, peternak harus segera mengambil tindakan untuk mencegah bahaya penyakit yang mungkin menyerang ayam tersebut. Bila perlu ayam yang menunjukkan gejala lesu dan hilang napsu makan itu dipindahkan untuk sementara waktu ke kandang lain dan diberikan pengobatan seperlunya. Jika sudah sembuh, ia dapat dimasukkan lagi ke dalam kandang.
  6. Membuat catatan harian mengenai jumlah pemberian pakan, obat, vaksin dan sebagainya. Hal inipenting untuk mengetahui besarnya biaya pemeliharaan setiap hari.

Warna Ayam Bangkok

WIRING
Bulu ayam bangkok jantan yang paling populer dan berkelas adalah warna wiring. Corak warna ini adalah terdiri dari warna dasar hitam dengan bulu rawis leher dan rawis ekor berwarna kuning kemerahan. Jika warna rawis yang dominan adalah kuning keemasan, maka disebut sebagai WIRING KUNING. Jika warna rawis cenderung merah tua kecoklatan disebut WIRING GALIH.



 









 

WANGKAS
Berbeda dengan wiring yang memiliki warna dasar hitam, ayam wangkas memiliki warna dasar yang hampir sama dengan rawisnya yaitu kuning kemerahan. Jika warna bulu cenderung kuning keemasan disebut WANGKAS EMAS dan jika warna lebih gelap kemerahan disebut dengan WANGKAS GENI.













KLAWU
Warna klawu memiliki warna dasar abu-abu. Jika rawisnya berwarna gelap atau abu-abu kehitaman disebut dengan KLAWU KETHEK dan jika rawisnya berwarna kuning kemerahan disebut KLAWU GENI.

 










BLOROK
Warna blorok adalah kondisi ketika bulu ayam berwarna totol-totol dan merupakan kumpulan dari berbagai warna. Warnak blorok yang sederhana biasanya hanya terdiri dari warna dasar putih bertotol hitam dengan rawis berwarna merah. Namun warna blorok akan dianggap istimewa jika kombinasi warna dasarnya lengkap, yaitu putih, hitam, merah dan hijau dengan rawis putih kemerahan. Warna ini disebut dengan BLOROK MADU.


 













JRAGEM
Warna ini adalah warna hitam, berikut rawisnya. Jika kulit tubuh, paruh, mata serta sisiknya hitam semua, disebut warna CEMANI. Untuk ayam bangkok jarang yang memiliki warna ini. Warna ini biasanya terjadi bila ada garis keturunan yang bersilangan dengan ayam kampung jenis Cemani.
 












JALIWarna jali adalah warna blirik yang merupakan campuran beberapa warna tapi dalam noktah atau garis-garis kecil. Ini berbeda dengan blorok yang cenderung berpola totol. Jarang ayam bangkok yang berwarna jali. Ada orang tertentu yang sangat memburu bangkok asli dengan warna ini karena kelangkaannya dan berkesan eksotis.

 










PUTIHAyam bangkok dianggap berbulu PUTIH SETA bila ayam bangkok berbulu putih semua baik warna dasar maupun waris. Beberapa ayam jenis ini ada juga yang memiliki rawis warna lain tetapi warna dasarnya adalah putih.

Warna-warna ayam di atas adalah warna-warna utama. Dalam persilangan lebih lanjut bisa saja masing-masing warna memiliki varian yang beragam. Sebagian pengadu menganggap warna sebagai standar kualitas. Warna WIRING dan WANGKAS adalah warna paling berkelas dibanding warna-warna lain.

Ciri-Ciri Ayam Bangkok


Ciri-Ciri Ayam Bangkok Berdasarkan Bentuk Fisiknya. Bagi yg sudah berpengalaman, penampilan fisik seekor ayam bangkok dipercaya dapat menggambarkan ciri-ciri karakternya. Meskipun tidak menjamin 100%, namun akan sangat berguna sebagai bahan pertimbangan jika sedang  mencari ayam.
1. Jengger
Jengger yg besar menunjukan ayam bangkok yg lebih kalem, sedangkan jengger yg kecil menunjukan teknik yg lebih gesit.
2. Kulit muka
Kulit muka yg tebal berkerut-kerut menunjukan ayam yg kalem & lebih tahan menerima pukulan, sedangkan kulit muka yg tipis menunjukan ayam yg gesit tetapi lebih rentan terhadap pukulan lawan.
3. Bentuk kepala
Bentuk kepala yg besar menandakan ayam kurang pintar, sedangkan bentuk kepala yg lebih kecil  biasanya ayam lebih cerdik.
4. Tulang Leher
Tulang leher yg besar menunjukan ayam yg cenderung menoton dalam teknik tarungnya, sedangkan leher yg lebih kecil menunjukan pergerakan leher & kepala lebih luwes serta memiliki kuncian yg baik.
5. Badan
Badan yg tegap lebih dari 45 derajat menunjukan tipe teknik bermain di atas sedangkan badan  yg sedikit membungkuk kurang atau sama dengan 45 derajat menandakan ayam banyak bermain di bawah.
6. Tulang dada
Tulang dada yg  panjang menunjukan ayam mempunyai daya tahan pukul yg baik, pukulan keras, tapi kurang bisa memukul rapat sedangkan tulang dada yg  pendek menunjukan pukulan yg lengkap & akurat tapi kurang kuat terhadap pukulan lawan.
7. Paha
Jarak kedua paha yg lebar, sama dengan atau lebih besar dari telapak tangan yg dimasukan diantaranya menunjukan pukulan yg keras, sedangkan jarak kedua paha yg lebih rapat menunjukan pukulan yg cepat. Paha yg berbentuk seperti paha belalang mempunyai kekuatan & konsistensi pukulan yg baik.
8. Ekor
Ekor yg panjang mencirikan teknik yg kalem, sedangkan ekor yg pendek menandakan pukulan yg lebih cepat & gesit.
Apabila ayam kita bertipe kontrol & cenderung main diatas, maka gandengan bisa dicarikan ayam berjengger kecil, kulit muka tipis, leher kecil, badan 45 derajat, ekor agak pendek atau ayam dengan kepala besar, muka tebal, jengger besar, leher besar, badan tidak tegap, ekor agak pendek.


Sejarah Ayam Bangkok

Ayam bangkok pertama kali dikenal di Cina pada 1400 SM. Ayam jenis ini selalu dikaitkan dengan kegiatan sabung ayam (adu ayam). Lama-kelamaan kegiatan sabung ayam makin meluas pada pencarian bibit-bibit petarung yang andal. Pada masa itu, bangsa Cina berhasil mengawinsilangkan ayam kampung mereka dengan beragam jenis ayam jago dari India, Vietnam, Myanmar, Thailand dan Laos. Para pencari bibit itu berusaha mendapat ayam yang sanggup meng-KO lawan cuma dengan satu kali tendangan.
Menurut catatan, sekitar seabad lalu, orang-orang Thailand berhasil menemukan jagoan baru yang disebut king’s chicken. Ayam ini punya gerakan cepat, pukulan yang mematikan dan saat bertarung otaknya jalan. Para penyabung ayam dari Cina menyebut ayam ini: leung hang qhao. Kalau di negeri sendiri, ia dikenal sebagai ayam bangkok.
Asal tahu saja, jagoan baru itu sukses menumbangkan hampir semua ayam domestik di Cina. Inilah yang mendorong orang-orang di Cina menjelajahi hutan hanya untuk mencari ayam asli yang akan disilangkan dengan ayam bangkok tadi. Harapannya, ayam silangan ini sanggup menumbangkan keperkasaan jago dari Thailand itu.
Konon, pada era enam puluhan di Laos nongol sebuah strain baru ayam aduan yang sanggup menyaingi kedigdayaan ayam bangkok. Namun setelah terjadi kawin silang yang terus-menerus maka nyaris tak diketahui lagi perbedaan antara ayam aduan dari Laos dengan ayam bangkok dari Thailand.
Di Thailand dan Laos, ada beberapa nama penyabung patut dicatat, seperti Vaj Kub, Xiong Cha Is dan kolonel Ly Xab. Pada 1975, ayam bangkok milik Vaj Kub sempat merajai Nampang, arena adu ayam yang cukup bergengsi di negeri PM Thaksin Sinawatra itu. Ayam yang bernama Bay itu merupakan salah satu hasil tangan dingin Vaj Kub dalam melatih dan mencari bibit ayam aduan yang handal.
Kedigdayaan ayam-ayam hasil ternakan Vaj Kub berhasil disaingi rekan sejawatnya dari kota Socra, Malaysia. Mereka dari negeri jiran itu mampu menelurkan parent stock atau indukan unggul. Hanya saja, pada generasi berikutn ya, Mr. Thao Chai dari Thailand berhasil menumbangkan dominasi peternak dari Malaysia. Mr. Thao memberi nama jagoan baru itu, Diamond atau Van Phet.
Menurut Iwan, Thailand memang tak perlu diragukan lagi sebagai negara penghasil ayam bangkok unggul. Malahan sektor ini sudah diakui sebagai penambah devisa negeri gajah putih tersebut. Dari Thailand bisnis ayam aduan ini tak hanya merambah kawasan Asia Tenggara saja, namun meluas ke Meksiko, Inggris dan Amerika Serikat.
Ada kebiasaan yang berbeda antara sabung ayam di Thailand dan negara kita. Di Thailand, ayam yang bertarung tak diperbolehkan memakai taji atau jalu. Alhasil, ayam yang diadu itu jarang ada yang sampai mati. Kebalikannya di Indonesia, ayam aduan itu justru dibekali taji yang tajam. Taji justru menjadi senjata pembunuh lawan di arena.
Di Indonesia, hobi mengadu ayam sudah lama dikenal, kira-kira sejak dari zaman Kerajaan Majapahit. Kita juga mengenal beberapa cerita rakyat yang melegenda soal adu ayam ini, seperti cerita Ciung Wanara, Kamandaka dan Cindelaras. Cerita rakyat itu berkaitan erat dengan kisah sejarah dan petuah yang disampaikan secara turun-temurun.
Kota Tuban, Jawa Timur diyakini sebagai kota yang berperan dalam perkembangan ayam aduan. Di sini, ayam bangkok pertama kali diperkenalkan di negara kita. Tak ada keterangan yang bisa menyebutkan perihal siapa yang pertama kali mengintroduksi ayam bangkok dari Thailand.
Sebetulnya, jenis ayam aduan dari dalam negeri (lokal) tak kalah beragam, seperti ayam wareng (Madura) dan ayam kinantan (Sumatra). Namun ayam-ayam itu belum mampu untuk menyaingi kedigdayaan ayam bangkok.